CLIMATE CHANGE BERDAMPAK PADA PERGESERAN GARIS PANTAI HINGGA HUBUNGAN ANTAR NEGARA

Fenomena yang sedang hangat dibicarakan saat ini adalah terjadinya Climate Change atau Iklim yang berubah-ubah. Diketahui bahwa iklim dapat berubah sewaktu-waktu menuju yang lebih tinggi ataupun lebih rendah. Efek yang dapat ditimbulkan dari perubahan iklim saat ini adalah hilangnya es di laut, percepatan kenaikan permukaan laut, melelehnya es dikutub, dan gelombang panas yang lebih lama. Menurut pakar keilmuan dunia, fenomena kenaikan suhu ini dikatakan akan meningkat selama beberapa dekade yang disebabkan oleh efek gas rumah kaca. Lalu bagaimana dampak perubahan iklim yang terjadi di Indonesia?

Indonesia yang sudah dikenal sebagai negara kepulauan dengan 17.000 pulau ini tentunya merasakan dampak adanya perubahan iklim yang lebih difokuskan pada peningkatan muka air laut. Hal ini akan berdampak pada pergeseran garis pantai atau dapat pula menyebabkan tenggelamnya pulau-pulau kecil. Garis pantai ini diartikan sebagai pertemuan antara daratan dan lautan yang ditetapkan berdasarkan kedudukan muka air terendah. Lalu bagaimana jika terjadi peningkatan muka air laut? Tentunya kedudukan muka air terendah sebagai penentu garis pantai juga akan berpindah, hal ini yang menyebabkan kesulitan dalam penentuan batas suatu wilayah perairan laut suatu daerah. Padahal jika melihat pengertian penentuan laut teritorial yang diatur pada UNCLOS 1982 dalam pasal 2, 3,4, dan 5, mengartikan bahwa laut territorial diukur dari garis pangkal dimana garis pangkal ini adalah garis air rendah sepanjang pantai yang telah resmi diakui oleh Negara Pantai.

Dengan pernyataan tersebut, perubahan garis pantai dapat mempengaruhi luasan wilayah territorial suatu negara, dimana wilayah suatu territorial sangat berarti penting dalam melaksanakan kebutuhan ekonomi, pemanfaatan hasil laut dan pelaksanaan kedaulatan lainnya. Sehingga sebuah Negara yang memang mengalami perubahan garis pantainya perlu dilakukan pengukuran dan pemetaan geografis serta jika dibutuhkan melakukan penentuan ulang titik-titik yang digunakan untuk menarik garis pangkalnya. Dengan begitu sebagai negara pantai perlu publikasi pengukuran garis pantainya sehingga negara lain mengetahui akan hal tersebut untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman antar negara, terlebih jika laut territorial yang dimiliki bertumpang tindih dengan territorial negara lain. Namun, jika melihat dari penjelasan mengenai pergeseran garis pangkal pada UNCLOS dalam hal penentuan garis pangkal, tidak dijelaskan secara rinci. Dimana yang tertulis pada UNCLOS bahwa pengukuran garis pangkal terdapat tiga cara yaitu penentuan garis pangkal biasa yang diukur berdasarkan titik terendah permukaan laut, garis pangkal lurus untuk kondisi pantai yang menjorok ke dalam yang mengakibatkan garis pantai tidak stabil, dan garis pangkal khusus yang digunakan untuk mengukur kondisi tertentu.

a. Garis pangkal biasa

b. Garis pangkal lurus

c. Garis pangkal khusus

sumber  gambar : Materi Kuliah Hukum Laut (https://youtu.be/K5_4ohgpdrE)

Karena belum adanya peraturan yang jelas terkait hal tersebut, maka langkah yang dapat dilakukan sebagai negara pantai adalah melakukan pengukuran ulang garis pangkal pantai apabila terjadi perubahan garis pantai akibat meningkatnya permukaan air laut serta mengadakan konferensi internasional jika hal ini berkaitan dengan kedaulatan negara lain.

REFERENSI:

Arsana, I Made Andi. 2021. Materi kuliah Hukum Laut: Batas Maritim Internasional. Yogyakarta. Teknik Geodesi UGM

Karlina Rainnisa Widya, Viana Silvino Abilio. 2020. Pengaruh Naiknya Permukaan Air Laut Terhadap Perubahan Garis Pangkal Pantai Akibat Perubahan Iklim. Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 6 No. 2 Agustus 2020.

Siburian, et al. 2020. Pengaruh Perubahan Garis Pantai Terhadap Implementasi Hukum laut di Kecamatan Rangsang Barat Kabupaten Kepulauan Meranti. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol. 25 No. 1 Februari 2020.

Septiandini Indira, dkk. 2013. Analisis Dampak Perubahan Garis Pantai Terhadap Batas Wilayah Laut Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Jurnal Geodesi Undip. Vol. 2 No. 4 Oktober 2013.

https://climate.nasa.gov/effects/

Dokumen UNCLOS 1982

 

Credit this article to my sister:

AISHA HEYDA, a student of Geodetic Engineering UGM

19/440253/TK/48580, as responsible for completeness her work “Tugas Hukum Laut 2021”

Kacamata di Hari Pendidikan Nasional

Selasa, 2 Mei 2017 menjadi hari Pendidikan Nasional pertama yang saya rasakan di bangku Pendidikan Tinggi, di salah satu kampus dambaan siswa-siswi Indonesia, yang menyandang julukan Kampus Kerakyatan. Pada hari yang istimewa untuk segenap elemen pendidikan termasuk saya dan rekan-rekan, hari ini menjadi momen tersendiri bagi kami untuk bersuara. Ya, ibarat hari buruh kemarin, banyak dari kami yang akan memberikan aspirasi tentang Pendidikan di Indonesia saat ini. Terlepas dari istilah aksi, turun ke jalan, dan mimbar bebas, saya duduk di kursi dan meja belajar kamar ingin ikut berbagi cerita dan perasaan tentang ketimpangan pendidikan di negeri kepulauan.
Bukan maksud saya tak menghargai teman-teman….yang siang ini mungkin sedang turun ke jalan, berdiskusi secara terbuka menuntut hak dan mempertanyakan kewenangan. Ya, saya sadar dan paham betul. Setiap pemuda memiliki cara masing-masing menyuarakan aspirasinya. Saya berharap aksi di sana membuahkan hasil yang nyata bukan korban atau dengusan kesal tanpa jawaban. Saya juga tak bermaksud melawan keberpihakan. Saya masih inginkan keadilan, transparansi, dan kesetaraan. Saya berdoa dalam tulisan ini, semoga perjuangan rekan-rekan dalam berbagai cara (kebaikan) benar-benar berbuah kemenangan abadi dalam memperjuangan kemudahan akses pendidikan, dalam meningkatkan gelora perjuangan untuk kehidupan bangsa yang lebih baik, berkualitas, melalui sumber daya-sumber daya manusianya yang dapat diandalkan.

Namun, ketahuilah rekan, di sisi lain dari semangat menggelorakan hak pendidikan. Ada satu celah dari bumi pertiwi yang masih buta harapan ilmu dan kebajikan. Di suatu pulau yang dianugerahi banyak kekayaan tambang, yang dahulu dikenal hingga menjadi bahan ekspor ke negeri jiran. Saya tak sanggup mengatakannya dengan gamblang daerah mana yang saya sembunyikan. Intinya, luka hati saya mulai timbul ketika pemuda-pemuda seusia saya dan rekan-rekan lebih memilih langsung bekerja turun ke lapangan. Ya, semua itu tidak salah, karena semua itu adalah pilihan. Namun, saya tak habis pandang betapa bahagianya dan berharganya jika mereka bisa melanjutkan bersekolah bahkan hingga ke pendidikan tinggi seperti saya dan rekan-rekan. Mereka bisa dibekali ilmu dan kepemimpinan, ketangkasan, dan keahlian lebih dalam mengelola daerahnya yang kaya bahan tambang. Mereka bukan menjadi kuli seperti seakrang ini, tetapi merekalah yang memiliki dan mengelola sendiri. Mereka akan lebih terhormat, meski tidak harus lekas menjadi pejabat. Namun, mereka bisa cakap mengenali daerahnya, mempertahankan kepemilikannya, mereka tidak akan dikelabui musuh atau para pengusaha asing licik. Lihat, mereka sebenarnya mampu untuk itu kawan. Itukah yang salah satunya menajdi mimpi kiat semua? ketika masing-masing dari elemen bangsa mempu memperjuangkan bangsanya dari berbagi sudut dan bidang.

Sungguh, saya sebenarnya miris sendiri, ketika saya melihat mereka menjawab pilihan itu demi uang dan kesenangan instan. Ya, mereka berhati mulia ingin menyekolahkan saudara-saudaranya, ingin membantu kehidupan keluarga. Tetapi di sisi lain, bukankah seharusnya mereka bisa lebih diperhatikan? Mereka juga masih butuh pendidikan. Kenyataan ini memang tidak langsung berkaitan dari aksi damai menagih janji rekan-rekan. Tetapi adalah suatu hubungan linear yang sedikit jauh sesuai dengan cita-cita rekan-rekan. Yang mungkin, tetap perlu dikombinasikan dengan sosialisasi dan kesepahaman. Kami ingin kemudahan dan kelonggaran akses pendidikan terutama bagi beberapa kalangan seperti yang saya ceritakan. Namun, kelonggaran dan kemudahan akses tidak cukup tanpa dibarengi dengan niat dan perjuangan, dengan semangat dan kesadaran menimba pundi-pundi ilmu untuk masa depan.

Oleh karena itu, di samping aksi mempertanyakan janji dan transparansi, perlu diingat tugas dan kewajiban rekan-rekan. Di dalam naungan pendidikan tinggi dengan segala fasilitas dan kesempatan. Manfaatkanlah hal berharga ini bukan hanya untuk cita-cita sendiri tetapi tebarkan kepada mereka yang masih tabu akan manisnya ilmu, yang masih bimbang akan pentingnya belajar lagi, karena kita tahu belum semua pemuda-pemudi Indonesia sadar akan pentingnya menjadi manusia berpendidikan. Mari, dengan semangat rekan-rekan yang tak ingin ada banyak beban dalam hal biaya pendidikan perlu juga diimbangi tentang tugas kita ini. Tugas dan tanggung jawab terbesar menjadi generasi penerus yang berwawasan, yang turut menjadi penopang bagi generasi lain yang masih kurang harapan. Mari kita perjuangkan pendidikan dan pemahaman pentingnya pendidikan secara merata ke pelosok negeri. Semoga dengan perjuangan linier ini, akan banyak tumbuh jiwa-jiwa yang kehausan timba-timba ilmu tuk melaju dalam kemajuan zaman.

Salam
Refleksi di Hari Pendidikan melihat dua fenomena antara di seberang dan di depan.

Catatan ke Monumen Jogja Kembali

Kamis, 30 Maret 2017 sekitar pukul 15.00 saya mengunjungi Monumen Jogja Kembali (Monjali). Monumen tersebut dibangun untuk memperingati kembalinya Yogyakarta ke tangan Indonesia, atau yang lebih dikenal dengan peristiwa Serangan Umum 1 Maret di bawah pimpinan Letkol Soeharto. Di dalam Monumen tersebut terdapat 3 lantai utama. Lantai 1 terdiri dari ruang pengelola, ruang museum, ruang perpustakaan, mushola, dan kamar mandi. Sementara lantai 2 dan 3 merupakan ruang diorama, ruang Garbha Graha, dan relief. Saya pertama kali mengunjungi ruang diorama di lantai 2. Diorama-diorama yang dipamerkan banyak mengisahkan tentang perjuangan Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Pada masa itu masih banyak pergolakkan yang dilakukan oleh pihak Belanda untuk merebut kembali Indonesia. Mereka melakukan penyerangan dengan segala cara, mulai dari melakukan pendudukan atas wilayah-wilayah hingga melakukan penyerangan langsung ke warga sipil. Diorama diorama tersebut membesitkan nafas kekuatan bersama para pahlawan bangsa dan rakyat dahulu untuk mengusir dengan tuntas para penjajah di bumi pertiwi. Mereka bersatu padu, bergerak bersama dalam berbagai cara (perjuangan langsung mengangkat senjata dan perjuangan tak langsung dengan diplomasi). Sehingga dengan persatuan yang terbangun, musuh terbesar saat itu berhasil hengkang dan kedaulatan Indonesia berhasil ditegakkan.

Selanjutnya, saya menuju ruang Garbha Graha, yakni suatu ruangan khusus untuk mengenang jasa para pahlawan. Ruangan tersebut cukup luas dihiasi relief di dinding atasnya. Di ruangan ini saya memperoleh suatu inspirasi dan refleksi diri bahwa perjuangan dalam mempersatukan dan menjaga kemerdekaan serta kedaulatan tanah air dari masa ke masa berubah sesuai tuntutan zaman. Sebelum Indonesia diakui kemerdekaannya, segenap rakyat berjuang giat dalam hal yang lebih menekankan kekuatan fisik (disimbolkan dari relief tangan yang memegang bambu runcing, di dinding sebelah kiri). Sementara saat ini, ketika Indonesia telah diakui kemerdekaan dan keberadaannya, perjuangan yang dilakukan harus lebih banyak menekankan pada kemampuan intelektual (disimbolkan dari relief tangan yang memegang pena, di dinding sebelah kanan). Pada masa kini, perjuangan mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia harus dilakukan dengan taktik, startegi, dan kekuatan akal pikiran yang baik. Perjuangan saat ini lebih kompleks dan menantang karena kita harus mempertahankan kemerdekaan abadi (bebas dari intervensi negatif pihak asing) dengan semangat persatuan kebhinekaan.

Seusai mengunjungi ruang Garbha Graha saya keluar melihat barisan relief melingkar. Relief-relief tersebut banyak menceritakan tentang tema perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya. Selain gambar tentang penyerangan-penyerangan pasca kemerdekaan dan perjanjian-perjanjian yang ada, salah satu frame baru adalah relief tentang praktik pemberantasan buta huruf di era perang kemerdekaan dan pendirian perguruan tinggi Gadjah Mada di Yogayakarta (sekarang dikenal dengan Universitas Gadjah Mada). Hal ini menyiratkan pesan bahwa pendidikan menjadi bekal untuk memajukan bangsa. Pada masa kini, para cendekiawan sangat berkiprah dalam hal konsolidasi, diplomasi, dan kerjasama antara Indonesia dengan negara lain. Selain itu, peranan para intelektual juga sangat penting dalam membangun suatu pandangan dan misi yang sama untuk kemajuan Indonesia.

Di lantai 1 terdapat empat ruang museum. Ruang museum 1 menggambarkan susana perang untuk mempertahankan kemerdekaan. Ruang museum 2 menceritakan tentang minuatur senjata dan kendaraan yang memiliki andil besar dalam perang mempertahankan kemerdekaan. Ruang museum 3 menggambarkan tentang kiprah para pahlawan yang berperan dalam perang kemerdekaan. Mereka tidak membedakan asal dan latar belakang mereka. Tetapi mereka memiliki semangat juang yang sama untuk menumpas penjajah dari tanah air. Beberapa pahlawan tersebut di antaranya adalah Jenderal Soedirman, Ir. Soekarno, Sultan HB IX, dan beberapa tokoh pemuka agama. Ruang Museum 4 lebih banyak memamerkan tentang perabot-perabot yang digunakan di lokasi dan tempat-tempat tertentu yang erat dengan perang pasca kemerdekaan.

Akhirnya, suatu pesan yang dapat dialmbil dari lawatan ke Monjali ini adalah menjiwai kembali semangat perjuangan mempertahankan kemedekaan, kedaulatan, dan persatuan Indonesia di masa kini. Jika dahulu hal ini terasa mudah, dikarenakan seluruh rakyat Indonesia memiliki common enemy (musuh bersama) yakni penjajah (Belanda), pada masa kini dan masa yang akan datang, di tengah suasana kemerdekaan Indonesia kita juga dapat membawa semangat common enemy untuk menjaga persatuan dalam mempertahankan kemerdekaan. Common enemy untuk saat ini dan masa datang dapat berbeda, disesuaikan dengan tantangan zaman.Common enemy tentunya merupakan tantangan bangsa yang menjadi masalah bersama atas dasar visi misi yang tunggal. Hal demikian, menjadi tanggung jawab besar bagi kaum intelektual terutama penerus bangsa untuk menanamkan rasa persatuan, solidaritas nasional, dan nasionalisme yang membawa Indonesia pada ranah persatuan mencapai kemajuan nasional.

To Find The Identity of City

Assalamualaikum..hai bloggers jumpa lagi..dengan Early bloggers..nah kal iini Early mau repost hasil seminar yang sempat Early ikuti di Surabaya. Wiw..di Surabaya ya? (wkwkwk) semianar ini memang Early ikuti nggak semata-mata ikut seminar aja (ya masa jauh-jauh ke Surabaya cuma ikut seminar). Jadi, seminar di Surabaya ini Early ikuti dalam rangkaian lomba Essay tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa FISIPOL Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya. Kebetulan, essay yang Early daftarakan untuk lomba berhasil masuk ke 15 besar sehingga berkesempatan deh jalan-jalan ke surabaya untuk presentasi dan mengikuti seminar atau talkshow ini. Rangkaian acarayang bertajuk Airpo 2.0 mengambil tema “ To Find the Identitiy of City”. Jadi tujuan utama acara ini agar para peserta bisa ikut membangun dan berkontribusi bagi kemajuan kotanya, agar potensi-potensi kota lebih terangkat dan maintance kota serta preservasi nilai-nilai luhurnya tetap terjaga dengan baik. Oleh karena itu, tidak salah kalau tema-tema essay yang ditawarkan juga berkaitan dengan perkotaan seperti infrastruktur perkotaan, demokrasi perkotaan, wanita perkotaan, dan permasalahan kemiskinan.

Ok, lanjut aja ke talkshownya yaa hehe..jadi talkshow yang diselenggarakan 11 November 2016 juga bisa dikatakan sebagai acara puncak dari Airpol 2.0 ini. Sebenarnya talkshownya bakal heboh sih soalnya pembicaranya keren-keren,, salah satunya Ibu Rofifah Menteri Sosial kita, tetapi entah mengapa salah satu almunus kebanggan Universitas Airlangga tersebut urun hadir di tengah-tengah diskusi. Akhirnya, pembicara yang bisa hadir adalah Emil Dardak Bupati Trenggalek-yang sedang naik daun karena prestasinya membawa kemajuan Kabupaten Trenggalek, lalu ada Bapak Ahmad Rivai penggagas salah satu web kotakita dan ada juga Wakil gubernur Jawa Timur serta perwakilan dan BPBD Kabupaten Banyuwangi. Acaera yang dimulai sekitar pukul 13.00 ini dibuka oleh Prof. Djoko Santoso beliau adalah wakil rektor I UNAIR.

Dalam pidato pembukaannya ada qoute-quote menarik yang disampaiakan Prof. Djoko Santoso ini, diantaranya adalah, “ketika kita tidak mampu bertahan pada dinamika sosial, budaya, politik, dan ekonomi dunia maka di saat itulah kita berda dalam kondisi ‘sakit’”. Beliau jug amenyampaikan bahwa meski kita berasal dari disiplin ilmu yang berbeda tetapi, “untuk menjadi leader yang unggul, kuasailah ilmu masing-masing”, artunya kita memang diperintahkan untuk fokus pada disiplin ilmu kita, agar disiplin ilmu tersebut kita pahami secara mendalam. Lalu, terkait dengan aktivitas mahasiswa Pro. Djoko juga menyarankan, “kejarlah pengalaman hidup yang real, yang sangat produktif”. Lanjut sebagai wejangan penutup, beliau menambahkan “yang harus dipegang adalah pandai karena setiap contoh yang diberikan harus ada dasarnya, yang dianalisa adalah data dan faktual atau realita. Berfikirlah 360 derajat, jangan parsial, agar kita menjadi pemenang”.

Usai pembukaan, acara diselingi dengan hiburan oleh suara merdu dari kakak-kakak FISIPOL UNAIR. Kemudian dilanjut ke acara inti talk show oleh pembicara pertama yakni Bapak Emil Dardak. Talk show ini dimoderatori oleh Bapak Dr. Kris Wibowo sebagai kepala Departemen Politik FISIP UNAIR. Dalam diskusi di round pertama ini Bapak Emil Dardak sangat antusias sekali memancing kami, para mahasiswa dan peserta untuk benar-benar terlibat dalam talk-show , seperti dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan dan mendengar jawabannya bersama. Bapak Emil memang lebih banyak menceritakan tentang Kabupaten Trenggalek yang dipimpinnya saat ini. Namun, masih ada intisari dan pembicaraan yang mencakup ide global suatu perkotaan. Dari ceritanya, beliau mengungkapkan bahwa, sebuah kota adalah hasil dari pemekaran suatu kabupaten. Di Kabupaten Trenggalek sendiri terdapat Kota Kawedanan yang berada di daerah Panggul. Nah, kalau untuk masalah identity perkotaan sendiri biasanya secara mata awam akan dipandang melalui landscape alam. Namun, sebenarnya tidak hanya itu, identity yang terpenting adalah tujuannya untuk menjadi tulang punggung perkotaan. Seperti hal nya tujuan identity itu bagi Kabupaten Trenggalek.

Menurut Bapak Emil Dardak, sebelum merumuskan identity suatu perkotaan perlu disusun pula visi janka panjang kota tersebut. Sehingga identity yang telah terbangun akan sesuai dengan tujuan utama (hakikat suatu identity) yang dijelaskan Bapak Emil yakni sebagai konstruk sosial (membangun sense) dan marketing ke luar. Dalam memebuhi tujuan untuk marketing ke luar maka kita perlu mencari sektor yang unik pada perkotaan. Nantinya hal tersebut akan mendorong industri terutama Usaha Kecil Menengah (UKM) masyarakat perkotaan dan mendorong pariwisata. Daerah yang fokus pada sektor pariwisata maka hasil UKM nya harus digalakkan melalui publikasi.

Bapak Emil Dardak mula mengawali ceritanya tentang Trenggalek yang diharapkan dapat menjadi role model, ketika beberapa kota sudah emmiliki identity nya contoh Banyuwangi “The sunrise of Java”, Solo “the spiririt of Java” lalu Trenggalek apa? Sebenarnya tidak banyak yang langsung bisa dibanggakan oleh Kabupaten yang terletak di selatan Jawa ini. Sebenarnya Pak Emil Dardak juga sedikit bingung dan tidak mau gegabah mencari identity kabupaten yang dipimpinnya itu. Hingga akhirnya muncul klausul Southern of Paradise. Sebutan itu bukan serta muncul, melainkan dari hasil olah pemikiran terhadap situasi dan kondisi Kabupaten Trenggalek. Jadi, menurut Bapak Emil, Trenggalek itu nggak cuma terkenal sama Pantai Periginya, karena kalau mau diadu wisata pantai, masih banyak kota-kota di pesisir selatan yang pantainya bagus-bagus. Lalu di Trenggalek juga banyak wisata kuliner contohnya Ayam Lodo yang sudah world heritage dalam hal benda. Lanjut lagi, fakta tentang Trenggalek kalau Kabupaten ini baru saja menjadi Juara 1 Batik Nasional dengan Batik Warna Alam. Oleh karena banyaknya karakteristik Trenggalek dan prestasinya akhir-akhir ini, maka pilihan klausul Southern of Paradise dirasa cocok bagi Bapak Emil untuk menjadi identitiy Trenggalek yang akan membawa kemajuan pada Kabupaten tersebut. Sebagai penutup, Bapak Emil memberikan pesan bahwa prestasi suatu perkotaan yang ada secara insidental itu perlu dikapitalisasi agar menjual dan menjadi promosi identitas kota yang diangkat.

Pembicara kedua adalah Bapak Ahmad Rivai, yang lebih menerankan masalah segi sosial perkotaan. Beliau langsung menceritakan tentang studi kasus revitalisasi kampung kota yang ada di Solo. Saat ini masyarakat mulai resah dari segi sosial kota, dalam hal nilai-nilai luhur atau adat istiadat yang mudah pudar di lingkungan perkotaan tertentu, padahal awal mula kota itu terbangun berkat nilai filosifis historisnya. Contoh yang di Solo ditunjuk, karena Kota Solo sebenarnya tumbuh dari enclave-enclave di bantaran Sungai Bengawan Solo, mereka membangun identitas kampung yang dulu, lalu mengembalikan identitas sosial itu. Namun sekarang, masyarakat pribumi pencetus Kota Solo terasa terpinggirkan.

Lain halnya, pada kasus Kota Surabaya saat ini. Menurut Bapak Rivai penyematan identitas Kota Surabaya sebagai Kota Pahlawan dilakukan secara arbitence (tanpa konsensus). Meski demikian, Surabaya secara historis mempunyai hak untuk identitas itu karena adanya salah satu persitiwa sejarah Pertumpuran 10 Novemebr 1945 di kota tersebut. Namun, masalah yang timbul sekarang adalah preservasi dari identitas itu, keberlanjutannya pada kondisi Suarabaya sekarang yang masih dipertanyakan ke-relevanannya. Nah, masalah identitas Surabaya ini lah yang paling banyak diperbincangkan dan diungkit-ungkit dari awal rangkaian acara Airpol 2.0. Agaknya panitia Airpol (masyarakat Surabaya sendiri) ingin mendapat pencerahan dan rekomendasi dari teman-teman peserta menegnai pemulihan identitas Kota Surabaya sebagai Kota Pahlawan (?)

Forum diskusi di ronde-ronde selanjutnya,kurang Early perhatikan lantaran schedulle dari panitia yang mengharuskan Early bersiap mengikuti rangkaian acara selanjutnya (Dinner di Kantor Walikota Surabaya). Tetapi, Early masih sempat catat beberapa poin penting dari cerita perwakilan BPBD Banyuwangi, diantaranya tentang konsolidasi dalam pembangunan infrastruktur. Mereka bahu-membahu bersama mengerjakan proyek (meski tidak semuanya), memamntau penggunaan, mengkaji dan menganalisis kebutuhan infrastruktur apa untuk kemajuan Banyuwangi. Masyarakat Banyuwangi juga sudah ada yang melakukan segmenatsi dalam hal keperluan infrastruktur tersebut. Segmentasi yang diperoleh merupakan hasil demand para turis, jadi ada ebberapa turis negara Eropa yang senang jalan terjal, ada turis cina yang lebih suka jalanan halus. Semua itu dapat diatur dan direncanakan sehingga pembangunan infrastruktur yang ada di Banyuwangi sangat mengakomodir keinginan wisatawan yang harapannya dapat lebih menambah kepuasannya mengunjungi Kabupaten tentangga Provinsi Bali ini.

Sementara pokok pembicaraan yang diangkat oleh Bapak Wakil Gubernur Jawa Timur lebih ke masalah segi teoritis dan fakta-fakta menegani perkotaan dan kondisi sosial perkotaan di Indonesia. Beliau menampilkan slide power point yang sangat padat dan penuh makna. Namun, sayang agaknya Early sangat kehabisan waktu di sesi itu sehingga hanya sempat Early foto dari kejauhan hehe.

20161111_161307
berfoto bersama Bapak Ahmad Rivai dan teman baru dari ITS

p_20161111_144809
Suasana ketika talkshow dengan pembicara Bapak Emil Dardak

p_20161111_163629
Suasana talkshow dengan pembicara Wakil Gubernur Jawa Timur dan perwakilan BPBP Banyuwangi

Semoga refleksi dan repost dari Talkshow di Surabaya in dapat menambah wawasan bloggers semua sehingga membuahkan aspirasi-aspirasi baru yang dapat membawa kemajuan perkotaan Indonesia.

Global Energy Science Seminar

Assalamualaikum…hai bloggers…jumpa lagi dengan Early yang di edisi-edisi ini lagi mau repost hasil-hasil seminar yang diikutii selama semester 1 kuliah di Kimia UGM. Kalau post sebelumnya membahas tentang zeolites dan zeotypes yang lebih kimia banget, kali ini Early akan berbagi wawasan tentang energi. Yap, seminar yang Early ikuti di Auditorium FMIPA-UGM 27 November yang lalu mengusung tema tentang Clean and Sustainable Energy Roadway Towards a Renewable Future. Seminar ini diselenggarakan oleh Gama Oil dan Gas, yakni sebuah komunitas khusus di UGM yang beanggotakan para mahasiswa yang berminat pada dunia perminyakan dan pertambangan. Seminar ini adalah salah satu program kerja dari komunitas tersebut dengan nama sepesifiknhya adalah Global Energy Science Seminar 2016. Intinya melalui acara ini Komunitas Gama Oil dan Gas ingin memberikan tambahan wawasan kepada para mahasiswa dari latar belakang manapun untuk memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya energi, terutama kondisi energi yang terjadi di Indonesia.

Global Energy Science Seminar ini dimulai tepat pukul 08.00, dibuka dengan sambutan ketua penyelenggara, dan ketua dari Gama Oil and Gas. Oh ya, seperti yang dijelaskan sebelumnya tentang tujuan seminar ini, yakni memberikan wawasan pada mahasiswa berlatar belakang manapun, maka seminar ini pun terbuka untuk berbagai displin ilmu, jurusan, fakultas, hingga universitas. Selain terbuka untuk umum, seminar ini juga gratis (hehehe, seneng banget kalau yang begituan) ditambah pula dapat fasilitas khusus (baca: seminar kit, snack, dan lunch, e-certificate, kurang apa coba? hehe). Dalam seminar ini, dihadirkan dua pembicara yang expert pada tema, pertama Bapak Andre Susanto sebagai konsultan bidang energi yang sepak terjang dan pengalamannya sudah tinggi dalam menangani dan menganalisa permasalahan energi di Indonesia. Pembicara kedua adalah Bapak Ahmad Agus Setiawan PhD sebagai dosen Fakultas Teknik UGM yang banyak memberikan sosialisasi tentang program kreativitas mahasiswa yang berbau energi terbarukan. Bahkan penelitian beliau yang membuahkan penghargaan di Australia juga merupakan buah pemikiran dari permasalahan energi yang ada di Yogyakarta.

Sesi pertama seminar, diisi oleh Bapak Andre Susanto yang memberikan prolog tentang challenging pengemebang energi terbarukan di Indonesia. Sebagai contoh adalah kasus Wind Power Grid Intetgration. Menurut beliau, sampai sekarang belum ada perusahaan Indonesia yang ebrsedia investasi secara mandiri dalam proyek-proyek Renewable Energy. Jadi, selama ini adanya kita dengan PLTA, PLTS, PLT Panas Bumi merupakan hasil akuisisi dari pihak asing. Belum ada yang murni dimotori oleh pribumi Indonesia (miris). Padahal sumber daya manusia di Indonesia untuk sekadar membuat desain dan inovasi baru dalam bidang itu sangat melimpah.Selain itu, yang terjadi perusahaan Indonesia belum ada divisi Research and Development yang memberikan kajian dan penelitian pada proyek-proyek perusahaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa program energi terbarukan di Indonesia belum terencana dengan matang dan sistematik anatara pihak swasta, pemerintah, dan masyarakat umum.

Kondisi energi di Indonesia sudah dalam keadaan darurat. Kita sudah tidak bisa berleha-leha atau puas dengan statement Indonesia kaya dengan Sumber Daya Alam. Alih-alih itu sudah menjadi dongeng, pasalnya menurut penuturan Bapak Andre kekayaan essensial energi seperti Minyak, Batubara, dan Gas sudah lenyap dengan singkat di bumi pertiwi ini. Minyak, dapat dilihat dari posisi negeri kita yang sekrang sebagai pengimpor bukan eskpor lagi. Batu bara,sekarang harganya sangat anjlok, karena produk kualitas tinggi (posisi paling atas, lebih banyak kandungan kalori) nya sudah terjual ke Eropa, menyisakan kualitas rendahnya yang posisinya memang berada di dasar. Gas, dapat dilihatm dari kondisi Arun yang cadangan minyaknya sudah habis dalam 25 tahun. Padahal cadangan gas di Arun merupakan cadangan terbesar yang Indonesia punya.
Continue reading

Zeolites and Zeotypes Designed for Radionuclide Removal and Long Term Immobilation

Assalamualaikum bloggerss..kali ini Early mau post-post hasil dari seminar-seminar yang Early ikuti selama semester pertama di Kimia UGM ini. Jadi di semester pertama ini, Early beberapa kali ikutan seminar dengan berbagai topik. Nah, yang pertama ini adalah seminar yang diadakan intern untuk Mahasiswa Kimia UGM, mendatangkan Profesor dari University of Birmingham, United Kingdom, adalah Dr.Joe Hriljac yang berbagi cerita penelitiannya mengenai Zeolites and Zeotypes Designed for Radionuclide Removal and Long Term Immobilation.

Wah ya, sebagai mahasiswa baru, tentu saja topik ini masih jauh dari kedalaman materi. Tapi, yang Early cari adalah pengalaman dan wawasan (tambahan) baru yang kelak dapat memudahkan. Seminar intern ini diadakan di ruang Multimedia Departemen Kimia UGM pada 20 Oktober 2016 dihadiri oleh puluhan mahasiswa yang didominasi mahasiswa angkatan atas dan mahasiswa S-2. Acara-acara seminar intern ini sangat didukung oleh para dosen Departemen Kimia yang setia mendampingi sampai akhir.

Masuk pada inti seminar ini, tentu saja membahas tentang si zeolites dan zeotypes. Nah, dua kosa kata kimia ini sebenarnya baru Early pahami pada seminar intern ini hehe (jadi ketahuan tambah wawasannya). Zeolites dan zeotypes sebagaimana yang Early pahami dari seminar ini merupakan istilah yang diberikan pada senyawa dimana sering terjadi pengisian kation untuk menyeimbangkan muatan. Dengan adanya pengisian elektron ini suatu senyawa tersebut menjadi lebih stabi. Sebagai tambahan untuk zeolites sendiri dalam pengisian kation itu tidak sampai merusak strukturnya. Yap, itu pengertian awal sepemahaman Early ya….mungkin bloggers bisa lebih kepo-kepo lagi dan langsung akses ke jurnal-jurnal chemistry hehe (Indonesia Journal of Chemistry).

Kriteria penting agar suatu senyawa dapat menjadi zeolites dan zeotype (yakni sebagai agen nukelofiliknya), pertama, memiliki selektivitas yang tinggi pada kation, dimana tiap tiap kation memiliki tingkat kompetisi yang berbeda pada larutan. Kedua, memiliki stabilitas yang baik dalam chemical properties, radiological, and thermal. Terakhir, memiliki sifat-sifat yang mudah dikendalikan, tersedia melimpah dan terjangkau. Kritera zeolites dan zeotypes ini dispesifikkan lagi untuk aktivitas radionukulir yang ramah lingkungan. Jadi, intinya hasil penelitian Dr. Joe adalah meneliti inovasi baru (pada zeolites dan zeotypes) pada suatu senyawa yang didesain untuk aktivitas radionuklir yang aman dan dapat bertahan pada jangka waktu yang lama.

Zeolites dan zeotypes ini lebih mudah menagkap kation dari unsur Cs dan Sr. Di dalam seminar singkatnya yang kental dengan nuansa british, Dr Joe menampilkan beberapa data pendukung tentang kestabilan Zeolites dan Zeotypes yang dirancangnya bersama tim dan kajian mengenai HI-PING (mungkin belum bisa Early detailkan). Dr Joe juga lebih banyak menceritakan tentang aplikasi dari zeolites dan zeotypes ini pada aktivitas radionuklir di Birmingham. Misalnya zat-zat radioaktif disimpan atau dipendam di bwah sungai dan bendungan. Lalu stasiun pembangkit tenaga nuklir yanga da di United Kingdom juga lebih banyak dibangun di area riverside. Penanganan aktivitas radionuklir di United Kingdom dapat dikatakan cukup matang ditambah lagi teknolgi zeolites dan zeotypes ini dimana unsur-unsur radiokatif dapat disimpan dengan aman dalam jangka waktu yang relatif panjang.

Sebagai pembicara asing yang menyuguhkan keramahan di wajah-wajah asia-jawa ini (kami, para mahasiswa), Dr Joe memberikan kesempatan tanya jawab. Rata-rata yang bertanya adalah mahasiwa tingkat atas (Early belum bisa berbuat banyak, selain menikmati jalannya seminar yang damai ini dan snack gratis yang enak hehehe). Dr. Joe Hriljac pun menyambut dan manjawab setiap pertanyaan dengan ramah dan mantap. Selanjutnya, di akhir sesi seminar, Dr. Joe juga menyempatkan promosi Birmingham University dengan menayangkan profil singkatnya terutama pada School of Chemistry (look like Department of Chemistry). University of Brimingham menawarkan beasiswa untuk mahasiswa S-2 dan S-3 dengan major penelitian molecular synthesis and catalyzation, solid state chmeistry, physical and theoritical chemistry, serta biomolecular, supramolecular, dan nanoside chmeistry. Di antara requirement untuk submit master dan doctoral schollarship program di University of Birmingham adalah GPA min 2.8 upwards, menyelesaikan 4 tahun pendidikan dari universitas yang bereputasi, serta skor IELTS min 5.5. Beasiswa program master ditempuh selama 4 tahun (no need supervisor), sementara program doktor ditempuh selama 3 tahun penelitan.

Serunya dan bermanfaatnya ikut seminar-seminar iru seperti ini nih bloggers..dapat tambahan wawasan baru yang sebelumnya benar-benar belum kita tahu, dapat informasi baru, dapat tambahan link serta manfaat-manfaat lain yang mungkin baru bisa diaware di lain waktu. Berikut ini Early mau share web University of Birmingham yang mungkin mau kalian kepoin http://www.birmigham.ac.uk/student/index.aspx.

p_20161020_110423

(suasana seminar oleh Dr.Joe Hriljac dari University of Birmingham di Ruang Multimedia Departemen Kimia)

Semoga post ini bermanfaat J

Tetap semangat kuliah dan isi hari-harimu dengan kegiatan positif yaa…. ^_^

Catatan Kuliah Umum Bersama Professor dari Negeri Belanda

Suasana ketika Kuliah Umum di Auditorium Merapi

Suasana ketika Kuliah Umum di Auditorium Merapi

Pada kesempatan ini, Early mau sharing dari kuliah umum yang dihadiri oleh Prof. Dr. Marteen Bavinck dan University of Amsterdam dan Dr. Pujo Semedi Harjo Yuwono dari Antropologi Fakultas Ilmu Budaya UGM. Kuliah umum tersebut, merupakan kuliah umum pertama yang Early ikuti ketika menjadi mahasiswa baru UGM ini. Meski yang mengadakan adalah Fakultas Geografi UGM, karena kuliah itu kuliah umum dan terbuka (gratis) untuk mahasiswa lintas jurusan serta kebetulan Early memiliki interest dengan topik yang dibahas ditambah lagi pembicaranya adalah dosen tamu dari LN, maka kesempatan itu tidak Early sia-siakan hehehe. Early ingin menambah wawasan dalam bidang ilmu yang lain, karena ilmu kita yang dimiliki pada jurusan masing-masing nantinya saling berhubungan dengan disiplin studi dari jurusan lain. Semoga nantinya wawasan dan pandangan baru yang diperoleh dapat semakin membuka mata kita sebagai cendekia-cendekia muda bahwa kontribusi kita untuk berkarya sangat dibutuhkan untuk berbagai bidang yang ada.
Lanjut, kita membahas pada kuliah umum yang pertama kali Early ikuti ini. Kuliah umum yang diadakan 4 Oktober 2016 bertempat di Auditorium Merapi Fakultas Geografi UGM mengusung tema “An International Overview towards Geo-Maritime Studies for Developing Countries-Indonesia. Hal khusus yang menarik minat Early mengikuti kuliah umum ini adalah topik permasalahan Geo-Maritim Indonesia yang tengah ramai diperbincangkan publik. Early ingin tahu bagaimana cara pandang Profesor Belanda terhadap Indonesia yang notabene berdasarkan sejarah merupakan wilayah bekas jajahannya. Acara kuliah umum ini berlangsung pukul 13.00 WIB dengan dihadiri kurang lebih 100 peserta dari berbagai fakultas dan program studi.
Pembukaan acara ini diisi oleh beberapa sambutan dari petinggi-petinggi Fakultas Geografi serta dari kedua keynote speakers. Pada pembukaan, Dr.Pujo menerangkan tentang keterkaitannya studi geografi dengan ilmu budaya. Di sini Early mendapat kan informasi baru bahwa awal mulanya fakultas geografi UGM berinduk dari Fakultas Ilmu Budaya (Antropologi). Selanjutnya Prof Bavinck menerangkan bahwa yang akan dibahasnya adalah Geo-Maritime dalam sudut pandang Fishers. Namun sayangnya, Prof Bavinck tidak memberikan sudut pandang untuk Indonesia, melainkan pada India yang menjadi fokus penelitiannya. Meski demikian, Early tetap menikkmati rangkaian kuliah umum ini sambil menjejali otak dengan informasi-informasi baru.
Pembicaraan dibuka oleh Prof. Marteen Bavinck sebagai keynote utama kuliah umum ini. Beliau menerangkan tentang pentingnya studi mengenai coastal (pesisir) dan keterkaitan antara mobilitas dengan kehidupan manusia dan kepesisiran. Mobilitas merupakan perpindahan geografis dan sosial yang terjadi karena faktor teknologi, kapital, masyarakat, hukum, maupun barang-barang. Sementara dalam sudut padang fisher natural mobility dikhususkan pada perpindahan ikan dan distribusi ikan-ikan yang berharga jual tinggi. Para fishers tentu akan mengikuti pola keberadaan ikan, terutama ikan-ikan yang berharga mahal seperti tuna yang melakukan migrasi secara internasional. Sehingga mobilitas fisher juga bisa dipahami sebagai mobilitas berskala internasional. Indonesia merupakan negara terbesar kedua di dunia sebagai produsen ikan. Sementara india menempati posisi ketujuh. Kenyataan ini cukup sesuai karena jumlah fisher di Indonesia menjadi 2,4 juta dari total di dunia berada pada angka 3,8 juta. Kenyataan ini pun juga didukung dari potensi SDA Indonesia sebagai negara kepulaan yang memiliki garis pantai terpanjang. Konsentrasi ikan-ikan juga berada di continental shelf dimana struktur geologi tersebut banyak dijumpai di perairan Indonesia.
Continue reading

Perkenalan yang Terlambat

Assalamualaikum, perkenalkan..namaku Early Zahwa Alharissa. Maaf nih, terlambat perkenalannya di blog ini karena udah beberapa kali posting hehe. Aku biasa dipanggil Early, aku berasal dari SMA Negeri 1 Pakem, Sleman, Yogyakarta dan kini alhamdulillah diterima di program studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada. Aku berasal dari keluarga sederhana yang sudah lebih dari 13 tahun menetap di Yogyakarta, ayahku Muhammad Yazid bekerja sbeagai Karyawan Swasta dan Ibuku Henny Maria Ningrum sebagai ibu rumah tangga. Aku memiliki dua adik perempuan, yang pertama Aisha Heyda sekarang sedang menempuh bangku SMA di SMA Negeri 4 Yogyakarta dan yang kedua Raihana Hafidza yang masih menempuh bangku SD, di MI Sultan Agung. Sebagai anak sulung tentu aku dituntut banyak untuk menjadi tauladan bagi adik-adikku adan orang-orang di sekelilingku. Hal inilah yang masih menjadi tantanganm dan terus kuusahakan agar bisa menjalankannya dengan maksimal.

Terlepas, itu, sebagai mahasiswa baru di kampus “kerakyatan” aku juga memiliki cita-cita dan serangkaian target agar bisa memanfaatkan secara optimal segala kelebihan kampus internasional ini. Hobi membaca dan menulis menjadi modal utamaku untuk berkarya atas nama kampus tercinta. Melalui blog ini pun aku ingin ikut berbagi pengalaman dan pemikiran kepada teman-teman agar terbuka wawasannya dan mendapat inspirasi baru. Meski belum menjadi juara pada Lomba Essay Nasional yang diselenggarakan Universitas Airlangga 9-12 November 2016 lalu, aku tetap semangat untuk berkarya dan menulis hal-hal bermanfaat laigi. Menurutku, menulis itu penting karena segala pemikiran, impian, dan cita-cita yang tidak dituliskan, maka akan cepat sekali dilupakan. Menulis juga menjadi media yang ampuh dalam membangkitkan semangat dan opini untuk melakukan gerakan perubahan. Oleh karena itu, kehadiran aku di sini dalam blog UGM diharap dapat menjadi sarana menyalurkan gagasan tertulis yang dapat membawa perubahan menuju kebaikan kepada para pembaca

Mendapatkan kesempatan menempuh bangku kuliah di UGM, mendorongku untuk bergabung dan ambil bagian pada kompetisi-kompetisi bermanfaat di tingkat perguruan tinggi seperti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (ON-MIPA). Aku ingin mengeksplorasi disiplin ilmuku saat ini (Kimia) untuk melahirkan gagasan dan karya bermanfaat bagi masyarakat, terlebih untuk membantu persoalan lingkungan yang kian marak. Selain itu, di usia ku yang menginjak 19 tahun pada akhir November ini, aku ingin meningkatkan prestasi akademik dan nonakademikku di UGM, agar bisa mendapatkan kesempatan beasiswa S-2 di negara luar.

Demikian, perkenalan sisngkatku, yang dibumbui harapan-harapan sebagai mahasiswa baru UGM, semoga kelak dapat terwujud. Amiin ya Rabbal alamin

Wassalamualaikum wr. wb