The Ideal Global Citizenship for Indonesia

The Ideal Global Citizenship for Indonesia
By: Early Zahwa Alharissa
FMIPA-KIMIA

Introduction

Citizenship comes from the Latin word for city, because in the earlier days of human governments, people identified themselves as belonging to cities more than countries. Citizenship is more than merely living somewhere. If you have citizenship, you have a whole set of rights that non-citizens might not have. Usually you have citizenship in the country you’re born in, but if you’re an immigrant from somewhere else, you have to apply for it. Citizen also has meaning character of an individual viewed as member of society; behaviorn terms of duties, obligations, and functions of citizen.

Matter

Global citizenship has intend character of citizen who fetch in global values on their daily routines. Now in globalitation era, global citizenship sholud apply ini whole citizen of the world. It’s imporatant in order each citizen easy to connect and build good link to foster the growth of their nation. With citizenship characteristic, each citizen can see the difference and signature so that make we aware that there ara various figure of the human. But, the significant thing is each citizenship should uphold the good values which can accept in global position. Therefore, we will going a good citizenship in globalitation era.
So, how the good values that should we bring? As the motto of Gadjah Mada University, which we know it’s a international standard university, Gadjah Mada bring the value “locally rooted, globally respected”. It may means that the whole of members Gadjah Mada University family should have the balances of that value. Locally rooted has purpose to input the local traditon soul ini the meaning, so that we can get and choose which the local wisdom bring goodness to our, bring the goodness to global position. And also with that activity, we will aware the rich of our country, our village, it can stimulate the hearth and mind to love so much with them. We can send the gratitude to them, which being inspiration in our life in apllying the local value which so useful in global era.

Then, globally respected has mean that citizen in globalitation era have to respect and bring tolerantion in each nations members. In the world which now unlimited access, we need to enlarge the solidaritation and respectfull with another person to make easier the connection and link which can important in reach teh goal of country. But, that attitudes, should be balanced with local values which was explained before. It is used to prevent the more intervention ini each nations.

Conclusion

We need to get links, but we should keep our country independent. With that balanced we can also avoid from the other citizenship which actually cannot suitable with our values. Therefore, we will get the best link with another country which importand in foster of development but, we will free from the intervention, monopoly, and bad influenced from other nations. With balanced of that motto we can get more advantage and make sure that we can survive in the whole of global era. It may start from ourself as the member of Gadjah Mada University, then we should share with the another Indonesia’s citizen finally that soul and spirit desparate and we as Indonesia’s citizen has been ready in faced global era to get the more of advantage wihtout forget our local wisdom and our strenghten of nation autonomy.

Bibliographgy:

https://www.vocabulary.com/dictionary/citizenship, accessed on July, 17 2016
http://www.dictionary.com/browse/citizenship an award for good citizenship, accessed on July, 17 2016

Hari Pertama Bersama Wreksodiningrat 23

Gugus Wreksodiningrat dikenal dengan gugus teknik, karena semua anggotanya bertempat di kompleks Fakultas Teknik UGM. Gugus ini berjumlah 30 kelas. Aku menjadi bagian dari gugus Wreksodiningrat 23 dengan Kak Ervan Maulana dan Kak Ajeng Prilla sebagai kofasku dan 43 teman-teman baru ku. Gugus Wreksodiningrat ditempatkan di Jurusan Teknik Industri ruang M.4. Wreksodiningrat 23 menjadi kelurga baru pertamaku di lingkungan UGM. Cerita kami (aku dan gugus Wrekso 23) benar-benar mulai terbentuk ketika PPSMB hari pertama. Dimulai dari kebersamaan kami panas-panasan di lapangan GSP dan jalan bareng ke kompleks teknik dari GSP. Pada perjalanan itulah mulai ada perkenalan, saling sapa, dan membantu meski kita benar-benar merasa orang baru terhadap satu sama lainnya (karena belum ada yang pernah kenal sebelumnya).

Sampai di ruang M.4 Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, kami diberikan waktu beristirahat sebentar, lalu dimulai dengan perkenalan. Sungguh, masih bingung menghafal 43 wajah teman-teman baruku ini. Adanya dari hari 1-6 PPSMB , masih aja ada yang lupa atau kebalik nama dan wajah mereka. Hal yang paling membuat senang di PPSMB Palapa adalah kemampuan kakak-kakak cofas membuat atmosfer amasa orientasi ini lebih menyenangkan. Contohnya waktu perkenalan saja kita diminta memperkenalkan diri, nama, asal, fakulats disertai gaya tertentu yang khas pada diri kita. Hal itu juga bisa menambah keakraban dan tentunya membuat kita agar lebih ingat dengan teman-teman dengan gaya khasnya. Selain perkenanlan di hari pertama, kami juga diminta random menceritakan pengalaman pembukaan PPSMB. Wajar sih, masi malu-malu jadi ada yang ditunjuk, ada juga yang berani tampil hehe.
Setelah pengkondisian, kakak-kakak kofas membagi kami menjadi beberapa kelompok. Nah, cara pembagian kelompok juga unik dan menyenangkan, yakni dengan metode “angin berhembus”. Jadi, kakak kofas akan memberikan instruksi bagi siapa saja yang masuk dalam krteria yang dikatakan untuk berpindah tempat, lalu barulah dihitung sesuai jumlah kelompok yang diminta. Meski terkesan sederhana, tapi jujur aku menikmati banget mainan angin berhembus ini, soalnya kita konsentrasi juga dengan kriteria yang diucapkan kakak kofas (apakah kita termasuk atau enggak) terus kita juga harus cepat ambil keputusan untuk segera berpindah atau tidak.

Kelompok pertama yang dibuat ini, membahas tentang barang khas dari daerah setempat. Semua maba langsung mengambil harta karun dari masing-masing tasnya. Semuanya tumpah ruah, dan terbitlah cengkerama dari masing-masing kelompok. Kelompokku waktu itu ada yang bawa patung, kain ulos, geplak, salak, nopia, dan lain-lain. Pokoknya benda-bendanya beragam banget. Akhirnya diputuskan untuk perwakilan kelompok mempresentasikan salah satu barang khas di kelompoknya. Perwakilan dari kelompok ada yang mempresentasikan tentang kain ulos, cincin akik, hingga belalang goreng. Semua maba antusias menyaksikan teman-temannya presentasi, kekeluargaan mulai muncul, banyak yang saling bertanya, atau hanya sekadar berkomentar.

Selanjutnya, materi diisi dengan penamplan presentasi dan video mengenai ditmawa, peraturan rektor, dan hal-hal lain yang berbau resmi. Meski terkesan monoton, tapi sebagian besar dari kami tetap menikmatinya. Tak jarang di sela-sela presentasi kofas kami memberikan selingan video atau cuplikasn film, disertai lagu-lagu. Jadi, suasana boringnya hilang deh. Setlah diisi materi resmi, tiba saatnya game lagi..yuuhuu..gamenya sekarang bermodel seperti game show “rangking satu” Kami disuruh berbaris mirip dengan di tayangan televisi sambil membawa beberapa lembar hvs putih dan spidol. Pertanyaannya langsung dibacakan kofas dan kami hanya diberi waktu 10 detik untuk menjawab. Bagi peserta yang menjawab salah langsung gugur dan tak boleh ikut bermain lagi. Pertanyaan yang diberikan berupa pertanyaan substansif yang jawabannya ada di presentasi dan modul-modul PPSMB. Meski sudah diberikan tugas PPSMB, sudah lihat presentasi juga tapi masih banyak yang berguguran di ronde pertama. Akhirnya barulah ketika ronde kelima didapatkan pemenang nya yakni satu teman dari Sekolah Vokasi D3 Ekonomi yang bernama Hilda.

Sesi istirahat dan makan siang juga dijadikan sarana pengerat kekeluargaan Wreksodiningrat 23. Kami selalu makan siang bersama membetuk lingkaran besar, yang kadang juga nggak beraturan bentuknya hehe. Di sana kami saling bercanda, mengobrol, tukar ilmu dan pengalaman. Oh, ya Wreksodiningrat 23 juga punya ketua kelas yang bernama Agung Pambudi dari Fakultas Pertanian. Agung Pamuji ni maba yang lulus tahun 2015, jadi banyak dari kami yang memanggilnya mas Agung. Mas agung termasuk orang yang mudah membangkitkan candaan dan membuat antar teman saling akrab.

Seusai break, kegiatan dilanjutkan lagi dengan diskusi panel dengan pembagian kelompok seperti metode sebelumnya. Tetapi, sesi itu tidak serta merta langsung dilaksanakan tanpa icebreaking dari kakak-kakak kofas. Kak Ervan Maulana adalah kofas yang paling sering mengajak kita goyang bareng. Enak sih diajak goyang bareng dengan beragam versi,yang lama kelamaan membuat seluruh anggota Wrekso 23 menjadi orang yang anti jaim dengan goyang. Selain itu, dengan gerak-gerak badan memang bener buat memecah kejenuhan dan kekauan otot yang hanya duduk atau berdiri terus. Salut sama kakak-kakak kofas yang udah kreatif buat gerakan-gerakan, goyang, yel-yel, dan lainnya.
Lanjut, ke acara utama di sesi siang yakni diskusi panel yang mengangkat permasalahan tentang toleransi. Sebelum diskusi dimulai, kita diberikan tayangan dahulu yang mengantar kita ke ranah topik yang akan diperbincangkan. Diskusi tentang toleransi ini cukup seru, semua maba di tiap kelompok berpendapat dan saling memberi solusi. Kelompokku mendapat spesifikasi tema tentang toleransi antar budaya. Dengan membahas toleransi secara intens dengan teman-teman baru yang berasal dari adat isitiadat, kebiasaan, dan suku bangsa yang berbeda membuat wawasan ini semakin terbuka. Kita jaid lebih mengenal satu sama lain dengan baik. Toleransi juga bukan berarti kita mengikuti, tetapi kita memberikan mereka hak yang sama dengan landasan telah melakukak kewajiban. Usai diskusi di tiap kelompok, seperti biasa ada perwakilan yang membacakan dan menjelaskan hasil diskusi di depan seluruh kelompok. Sesi tanya jawab menjadi yang paling menarik dan ditunggu-tunggu, karena menjadi wadah para mahasiswa baru untuk sharing informasi dan pengalaman.

Yap, seperti itulah rangkaian kegiatan selama PPSMB hari pertama bersama Wreksodiningrat 23. Acara orientasi yang kemas dengam menarik ini membuat kami berangkat dan pulang PPSMB dengan senyum bahagia. Suasana yang dibuat penuh keceriaan, tidak terlalu serius, tetapi maknanya tetap didapatkan. Aku juga mendapatkan pengalaman berharga yang pertama untuk berkumpul dengan teman-teman baru dari sabang sampai merauke, dengan polah tingkah dan keunikan masing-masing. Di sini kami saling berbagi bersama, belajar bersama, bergaul dan tidak membedakann asalmu dari mana? Tapi PPSMB ini terutama Wreksodiningrat 23 merangkul semuanya dengan keceriaan dan kekeluargaan

Hari Ini Ku Awali Hari……

Hari ini ku awali hari..

Bertemu dengan kawan baruku..

Bangga jadi Gadjah Mada Muda…

Sebagai Calon Pemimpin Bangsa…

 

Begitulah penggalan lirik lagu mars PPSMB yang terngiang selalu pada hari-hari menjelang hari itu, 1 Agustus 2016. Betapa rasa bangga, senang, dan deg-degan menimpa hati ini sebelum melepas status pelajar menjadi mahasiswa. Tugas-tugas PPSMB yang menumpuk tak terhirau, terbalas dengan rasa suka cita menyambut kampus baru, kampus biru Universitas Gadjah Mada. Hari-hari menjelang tanggal bahagia itu, ku persiapkan diri dengan menyelesaikan tugas PPSMB, menyiapkan berbagai atribut, bercanda dengan sesama teman dan terus menggeruk informasi-informasi seputar PPSMB (Pelatihan Pembelajar Sukses Mahasiswa Baru )Palapa yang tak sabar untuk dijalani.

Pada akhirnya, di pagi yang cerah, 1 Agustus 2016, segenap alam menjadi saksi untuk suka cita kami, lebih dari 8000 Gadjah Mada Muda. Pagi yang cerah itu senyum tawa gembira mengembang di setiap wajah-wajah baru Gadjah Mada Muda, termasuk diriku yang tidak mau terlambat untuk menghadiri pembukaan PPSMB Palapa 2016 di Lapangan Graha Sabha Pramana (GSP). Jalan Kaliurang sebagai jalan utama menuju kawasan Kampus UGM padat merayap sejak pagi hari dipenuhi kendaraan yang mengantar para Gamada. Para polisi mengatur jalan, para pengguna jalan saling pandang memandang melihat almamater “karung goni” berlalu lalang dengan atribut khas “caping” . Semesta saat itu seolah mendukung, ikut senang dengan hadirnya Gamada di Yogyakarta. Hari pertama PPSMB Palapa menjadi hari baru yang sangat indah dalam memasuki lembaran  perkuliahan.

Di Lapangan GSP, semua Gamada sudah bersiap, para Koordinator Fakultas (Kofas) yang memandu tiap-tiap gugus juga dengan ramah mengarahkan Gamada untuk berbaris. Aku yang baru tiba di lapangan GSP jam 06.50 langsung berlari semangat mencari kofas dan menanyakan barisan untuk gugusku, Wreksodiningrat 23. Aku bergegas menuju deretan yang ditunjukkan dan bergabung dengan teman-teman baru di gugusku. Aku mengikuti barisan yang cukup panjang itu, menyiapkan diriku dengan berbagi atribut yang tak boleh terlupa, dan semangat baru untuk mengawali hari ini dengan lebih bahagia. Pembukaan PPSM Palapa menjadi sesuatu yang sangat luar biasa dan istimewa untuk para Gamada. Meski berpanas-panas dan baris berjejalan, tetapi kami tetap menikmatinya dengan suka cita. Suka cita dan gembira itu merupakan wujud syukur dapat bergabung dalam keluarga besar Universitas Gadjah Mada.

Pada pembukaan PPSMB, rektor UGM, Ir Dwikorita Ratnawati menyampaikan ucapan selamat dan sukses kepada para Gamada, selamat untuk menempuh perkuliahan di UGM dan sukses dalam menggapai prestasi di UGM. Ir Dwikorita juga menambahkan beberapa petuah agar para Gamada menjadi mahasiswa yang berkontribusi aktif dalam hal akademis dan organisasi. Ibu rektor menghimbau para mahasiswa baru agar mengikuti kegiatan-kegiatan positif di luar kampus (ekstrakulikuler), yang pada tahun ajaran memiliki aturan tersendiri, dimana mahasiswa yang aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler dapat mengambil 8 sks khusus. Pembukaan PPSMB ditandai dengan penyematan tanda peserta secara simbolik pada beberapa perwakilan mahasiswa diantaranya mahasiswa asing dan mahasiswa termuda. Selain, sekapur sirih dari Ibu rektor, kami juga mendapat sambutan hangat dari Bapak Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah, Alumni UGM, dan Ketua Keluarga Alumni Gadjah Mada. Dobrakan dan nasihat beliau menjadi motivasi bagi kami agar tidak menyia-nyiakan kesempatan duduk di bangku salah satu universitas terbaik ibu pertiwi. Belum cukup sampai di sini, pembukaan PPSMB Palapa masih dilanjutkan dengan atraksi 30 penerjung payung yang terbagi dalam tiga gelombang. Para penerjun tersebut sangat mengagumkan, menerjunkan diri  dari

Suasana Pembukaan PPSMB Palapa 2016, dari kejauhan terlihat Bapak Ganjar Pranowo memberikan sambutan

Suasana Pembukaan PPSMB Palapa 2016, dari kejauhan terlihat Bapak Ganjar Pranowo memberikan sambutan

 

 

 

pesawat yang membawa mereka pada ketinggia tertentu dengan atraksi yang mencengangkan. Di antara mereka ada beberapa penerjun payung yang menjadi anggota Kopassus, Alumni Menwa (Resimen Mahasiswa) sekaligus menjadi Alumni UGM, bahkan ada pula penerjun wanita. Sesampainya di darat para penerjun pun tak lupa memberi selamat kepada para Gamada dan mendoakan harapan-harapan terbaik bagi kami. Ternyata atraksi yang ditunggu-tunggu dan membuat para Gamada lelah melihat ke arah langit itu, belum menjadi yang penutup pada pembukaan PPSMB Palapa ini, masih ada drama kolosal pameran UKM Universitas di Gadjah Mada. Darama kolosal pameran UKM tersebut sangat panjang dan meriah. Drama tersebut berhasil mengemas semua UKM Universitas menjadi satu kesatuan rangkaian kisah. Dimulai dari UKM berkuda, UKM Marching Band, UKM Swayogama, UKM-UKM Beladiri, dan masih banyak lagi. Mereka menampilkan aksinya dengan percaya diri, mengundang decak kagum dan rasa penasaran Gamada untuk bergabung menjadi bagian dari mereka.

Akhirnya setelah waktu menunjukkan pukul 09.30 WIB, pembukaan meriah PPSMB Palapa berakhir sudah. Para Gamada pun diarahkan untuk menuju gedung dan ruangan masing-masing untuk mengikuti rangkaian kegiatan selanjutnya. Sekitar 8000 Gamada diarahkan dengan sangat terkoordinir oleh para Kofas. Tidak terlihat keriuhan atau kekacauan pada gugus-gugus yang totalnya berjumlah 203. Semua berlangsung sangat tertib dan aman hingga akhirnya 800 Gamada beserta Kofasnya berhasil tersalurkan pada gedung dan ruangan yang ditentukan.